Banjir Lumpuhkan Layanan Air Bersih di Aceh Besar, PDAM Tirta Mountala Berjuang di Tengah Krisis Listrik

Aceh Besar12 Dilihat

Aceh Besar – Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Aceh Besar tidak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga berdampak serius terhadap pelayanan dasar, khususnya distribusi air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mountala menjadi salah satu instansi yang terdampak cukup parah akibat rusaknya sejumlah instalasi vital serta terhentinya pasokan listrik.

Instalasi pengolahan air hingga perkantoran PDAM Tirta Mountala terendam banjir, membuat operasional perusahaan tidak berjalan normal. Kondisi tersebut diperparah oleh gangguan listrik yang hingga kini belum sepenuhnya pulih, sehingga pelayanan air bersih kepada masyarakat ikut terganggu.

Ketua Dewan Pengawas PDAM Tirta Mountala yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Besar, Bahrul Jamil, menyampaikan bahwa gangguan pelayanan air bersih merupakan dampak langsung dari kerusakan fasilitas penting akibat banjir, termasuk terhentinya suplai listrik.

“Sejumlah instalasi vital PDAM terdampak banjir. Kerusakan ini, ditambah kondisi listrik yang belum stabil, membuat pelayanan air bersih tidak bisa berjalan maksimal,” ujar Bahrul Jamil.

Sementara itu, Direktur Utama PDAM Tirta Mountala, Sulaiman, menjelaskan bahwa kerusakan terparah terjadi pada instalasi pompa pengambilan air dari sungai. Pompa tersebut tertimbun lumpur tebal akibat luapan air, sehingga mengalami kerusakan serius dan membutuhkan waktu untuk diperbaiki.

“Instalasi yang paling terdampak adalah pompa di sungai. Lumpur menutup seluruh bagian pompa, menyebabkan kerusakan dan akhirnya mengganggu distribusi air bersih ke pelanggan di Aceh Besar,” kata Sulaiman, Jumat (19/12/2025).

Menurutnya, intake atau titik pengambilan air yang mengalami dampak paling parah berada di Krueng Aceh, tepatnya di kawasan Siron. Demi menjaga keselamatan peralatan dan mencegah kerusakan yang lebih besar, pihak PDAM terpaksa melakukan penghentian sementara (shutdown) operasional di lokasi tersebut.

“Intake di Siron merupakan yang paling terdampak. Kami terpaksa melakukan shutdown sementara. Namun, seluruh peralatan utama sudah berhasil kami amankan,” jelasnya.

Meski upaya penyelamatan peralatan telah dilakukan, tantangan terbesar yang kini dihadapi PDAM Tirta Mountala adalah ketersediaan listrik. Tanpa pasokan listrik yang stabil, seluruh sistem pengolahan dan distribusi air tidak dapat berjalan normal.

“Kendala utama sekarang adalah listrik. Kami memiliki keterbatasan genset. Kalau listrik sudah kembali normal, pelayanan PDAM juga akan kembali normal,” tegas Sulaiman.

Ia juga mengungkapkan bahwa penggunaan genset untuk operasional darurat bukanlah solusi jangka panjang. Selain kapasitas yang terbatas, biaya bahan bakar minyak (BBM) industri untuk genset sangat besar dan membebani keuangan perusahaan.

“Untuk operasional darurat selama sekitar 15 hari saja, kebutuhan BBM mencapai 3.700 liter atau setara 37 ton. Nilainya hampir Rp 900 juta. Ini angka yang sangat besar,” ungkapnya.

Dalam kondisi darurat seperti sekarang, PDAM Tirta Mountala mengaku berada pada posisi yang sulit. Jika dilihat dari sisi bisnis, operasional perusahaan sebenarnya sudah tidak memungkinkan untuk dijalankan secara normal.

“Kalau berpikir secara bisnis, PDAM ini sebenarnya sudah off. Biaya operasional sangat besar, sementara kondisi kita sedang darurat dan fokus utama adalah pelayanan kepada masyarakat,” tambah Sulaiman.

PDAM Tirta Mountala berharap pemulihan pasokan listrik dapat segera dilakukan agar distribusi air bersih ke masyarakat Aceh Besar bisa kembali normal. Di tengah kondisi bencana, air bersih menjadi kebutuhan mendesak bagi warga, terutama untuk keperluan sanitasi dan kesehatan.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *