Pidie Jaya – Prestasi membanggakan kembali diraih oleh generasi muda Kota Banda Aceh dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-37 tingkat Prov Di Kabupaten Pidie Jaya tahun 2025. Salah satu peserta berbakat, Cut Ulya Husna, berhasil menorehkan prestasi sebagai Harapan III pada cabang Khat Digital, yang digelar di arena utama MTQ Kabupaten Pidie Jaya, Kompleks Masjid Agung Al-Falah Meureudu, pada 3–8 November 2025 lalu.
Kegiatan MTQ tahun ini menjadi ajang bergengsi bagi para peserta dari seluruh kecamatan di Pidie Jaya untuk menunjukkan kemampuan terbaik dalam bidang seni dan ilmu Al-Qur’an. Ada 15 cabang lomba yang dipertandingkan, mulai dari Tilawah, Tahfiz, Tafsir, Qira’at Sab’ah, hingga cabang-cabang seni seperti Khat Naskhi, Khat Digital, dan Syarhil Qur’an.
Khusus cabang Khat Digital, tahun ini menjadi salah satu kategori paling kompetitif dengan lebih dari 40 peserta dari Kabupaten dan Kota di Aceh yang berlangsung di Pidie Jaya. Tema lomba yang diangkat panitia adalah “Keindahan Kalamullah di Era Digital”, yang menantang para peserta untuk memadukan keindahan huruf Arab dengan kreativitas teknologi desain modern.
Karya Menarik dengan Pesan Spiritualitas
Dalam kategori tersebut, nama Cut Ulya Husna menjadi salah satu yang menarik perhatian dewan juri dan penonton. Karyanya yang berjudul “Cahaya Kalamullah” dinilai memiliki keserasian bentuk huruf, warna, dan pesan spiritual yang mendalam.
Ketua Dewan Juri Cabang Khat Digital, Drs. M. Fauzan, M.Ag, menyampaikan apresiasinya terhadap penampilan para peserta muda yang menunjukkan kemampuan luar biasa, baik secara teknis maupun artistik.
“Karya Cut Ulya Husna menunjukkan keseimbangan antara kaidah klasik dan inovasi digital. Ia mampu menampilkan keindahan khat dengan pemilihan warna yang lembut dan proporsional. Meskipun masih muda, potensinya sangat besar untuk berkembang hingga tingkat provinsi bahkan nasional,” ujar Drs. Fauzan saat ditemui usai pengumuman hasil lomba, Sabtu (8/11).
Ia menambahkan bahwa cabang Khat Digital kini menjadi daya tarik tersendiri karena memadukan nilai tradisi Islam dengan perkembangan teknologi informasi. “Ini cara baru dalam berdakwah melalui visual. Karya mereka tidak hanya indah, tetapi juga mengandung pesan moral dan spiritual yang kuat,” tambahnya.
Perjuangan Panjang dan Dukungan Pembina
Cut Ulya Husna, peserta asal salah satu madrasah di Kecamatan Trienggadeng, mengaku tidak menyangka bisa masuk tiga besar harapan di cabang yang tergolong baru tersebut. Menurutnya, persaingan sangat ketat karena banyak peserta yang sudah berpengalaman di bidang desain digital.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa mendapat Harapan III. Bagi saya, ini bukan hanya tentang peringkat, tapi tentang kesempatan belajar dan mengekspresikan cinta kepada Al-Qur’an melalui seni digital,” ujarnya dengan penuh rasa syukur.
Ulya menjelaskan bahwa persiapannya dilakukan selama hampir dua bulan sebelum lomba. Ia rutin berlatih menggambar huruf khat Naskhi dan Diwani secara digital menggunakan perangkat tablet dan aplikasi desain grafis. “Saya belajar setiap hari, memperhatikan detail huruf dan keseimbangan warna. Kadang-kadang saya konsultasi dengan guru pembina untuk perbaikan karya,” katanya.
Pembina cabang Khat Digital dari kafilahnya, Ustaz Zainal Abidin, S.Pd.I, mengaku bangga dengan hasil yang diraih anak didiknya. Menurutnya, Cut Ulya Husna adalah sosok yang tekun dan sangat mencintai seni kaligrafi.
“Prestasi ini hasil dari ketekunan dan semangat belajar. Ulya selalu berusaha memperbaiki setiap goresan dan menanyakan makna di balik setiap ayat yang ditulisnya. Itu yang membuat karyanya punya ruh,” jelas Ustaz Zainal.
Ia menambahkan bahwa ke depan, pihaknya akan terus melakukan pembinaan agar peserta seperti Cut Ulya Husna dapat bersaing di tingkat provinsi. “Kami tidak berhenti di sini. Insya Allah, anak-anak seperti Ulya akan terus kami bimbing agar menjadi duta seni Islam dari Kota Banda Aceh” ujarnya optimistis.
Ajang Pembinaan Generasi Qur’ani
MTQ Kabupaten Pidie Jaya tahun ini dibuka secara resmi oleh Bupati Pidie Jaya,Sibral Malasyi pada Senin malam (3/11). Dalam sambutannya, bupati menyebutkan bahwa kegiatan ini bukan sekadar lomba, melainkan wadah pembinaan dan pengembangan generasi Qur’ani.
“MTQ harus menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat. Kita ingin melahirkan generasi muda yang cinta Al-Qur’an, baik dalam bacaan, pemahaman, maupun seni,” ujar Bupati Sibral Malasyi.
Sementara itu, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Pidie Jaya, H. Nasruddin, S.Ag., M.A., yang juga Ketua Panitia MTQ, menyebutkan bahwa cabang Khat Digital merupakan bentuk adaptasi terhadap perkembangan zaman. Ia menilai bahwa seni Islam tidak boleh tertinggal dalam arus digitalisasi.
“Kaligrafi digital adalah contoh nyata bagaimana nilai-nilai Islam bisa hadir dalam media modern. Ini membuktikan bahwa dakwah bisa dilakukan dengan banyak cara, termasuk melalui seni dan teknologi,” ujarnya.
Penyerahan piala dan piagam penghargaan dilakukan oleh Kepala Dinas Syariat Islam Pidie Jaya, Drs. Tgk. Iskandar Ahmad, pada malam penutupan di arena utama MTQ. Dalam sambutannya, beliau berharap agar para juara terus mengasah kemampuan dan menjaga semangat berkarya.
“Jangan berhenti setelah MTQ. Teruslah berkarya, karena seni Islam seperti kaligrafi ini adalah bagian dari dakwah yang menyejukkan mata dan hati,” tuturnya.
Harapan dan Penutup
Keberhasilan Cut Ulya Husna sebagai Harapan III menjadi bukti bahwa generasi muda Kota Banda Aceh mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman. Melalui seni digital, mereka menyalurkan kecintaan terhadap Al-Qur’an dengan cara yang kreatif dan modern.
Dengan dukungan pembina, pemerintah daerah, dan lembaga pendidikan, diharapkan muncul lebih banyak lagi talenta muda yang berprestasi di bidang seni Islam. MTQ bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga wadah pembentukan karakter Qur’ani bagi generasi masa depan.
“Saya ingin terus belajar dan mengembangkan kemampuan di bidang khat digital. Semoga ke depan bisa mengharumkan nama Kota Banda Aceh di tingkat provinsi bahkan nasional,” ujar Cut Ulya Husna menutup wawancara.
Semangat dan dedikasi Cut Ulya Husna menjadi inspirasi bagi remaja lainnya di Kota Banda Aceh
untuk terus mencintai Al-Qur’an dan menjadikan teknologi sebagai sarana dakwah yang indah dan bermakna.












