Ekonomi Digital Melesat: 698 Ribu Warga Aceh Kini Gunakan QRIS, Transaksi Hampir Tembus Rp2 Triliun

Ekonomi16 Dilihat

Sabang – Transformasi digital di Aceh kian menggeliat. Data terbaru dari Bank Indonesia (BI) Perwakilan Aceh menunjukkan, hingga September 2025, sebanyak 698 ribu warga Aceh telah aktif menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai alat pembayaran digital, dengan nilai transaksi yang hampir menembus Rp2 triliun.

Deputi Kepala BI Perwakilan Aceh, Hertha Bastiawan, mengungkapkan angka tersebut mencerminkan semakin kuatnya fondasi ekonomi digital di Tanah Rencong.

“Hingga September 2025, tercatat pengguna QRIS di Aceh mencapai 698 ribu orang, dengan 230 ribu merchant atau pelapak yang telah terdaftar. Nilai transaksinya sendiri sudah menyentuh Rp18,35 juta frekuensi transaksi dengan nominal hampir Rp2 triliun,” ujarnya usai membuka Forum Komunikasi Mitra Jurnalis Bank Indonesia Aceh di Sabang, Selasa (4/11/2025).

Menurut Hertha, pencapaian ini tidak datang begitu saja. BI Aceh bersama pemerintah daerah terus mendorong literasi dan adopsi sistem pembayaran digital di berbagai sektor, mulai dari perdagangan, pariwisata, hingga layanan publik.

“Kami cukup gencar mengedukasi masyarakat. Sebab di balik transaksi digital, ada kemudahan dan efisiensi yang nyata. Ini yang terus kami sampaikan kepada masyarakat dan pelaku usaha,” katanya.

Ia menambahkan, kemudahan transaksi digital membuat masyarakat semakin nyaman berbelanja tanpa uang tunai.

“Semakin mudah sistemnya, semakin besar pula keinginan masyarakat untuk bertransaksi digital. Hal ini otomatis meningkatkan volume dan frekuensi transaksi QRIS di Aceh,” jelasnya.

Wisata Dorong Transaksi Digital

Hertha menilai, meningkatnya kunjungan wisatawan ke Aceh juga menjadi pendorong utama naiknya transaksi QRIS.

“Wisatawan biasanya jarang membawa uang tunai. Mereka lebih suka membayar lewat QRIS. Selama merchant di lokasi wisata punya kode QRIS, otomatis transaksi mereka meningkat,” ujar Hertha.

Fenomena ini, lanjutnya, menunjukkan bahwa digitalisasi tidak hanya berdampak pada kemudahan transaksi, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya sektor pariwisata dan UMKM.

Sinergi dan Edukasi Terus Diperkuat

Untuk memperluas jangkauan QRIS, BI Aceh terus menggandeng berbagai perbankan yang menjadi penyedia layanan sistem pembayaran tersebut.

“Kami berkolaborasi dengan bank untuk memperbanyak merchant QRIS di lapangan. Selain itu, sosialisasi rutin kepada pelaku usaha terus kami lakukan agar semakin banyak yang paham dan mau menggunakan QRIS,” ujarnya.

Namun, Hertha juga mengingatkan masyarakat agar tetap berhati-hati dalam melakukan transaksi digital. Ia menekankan pentingnya memastikan keaslian kode QRIS sebelum melakukan pembayaran.

“Kenali jenis transaksimu. Saat memindai QRIS, pastikan nama yang muncul di aplikasi sesuai dengan yang tertera di stiker. Kalau berbeda, bisa jadi itu indikasi penipuan,” tegasnya.

“Dan perlu diingat, QRIS hanya bisa di-scan melalui aplikasi mobile banking, bukan lewat kamera ponsel biasa,” tambahnya.

Aceh Menuju Ekonomi Tanpa Tunai

Hertha menilai, lonjakan pengguna dan transaksi QRIS di Aceh merupakan sinyal positif bahwa masyarakat mulai beralih menuju ekonomi digital yang lebih modern, efisien, dan inklusif.

“Ini bagian dari transformasi besar menuju ekosistem pembayaran yang cepat, aman, dan mudah. Aceh sedang bergerak ke arah masyarakat tanpa uang tunai, dan QRIS menjadi jembatan utamanya,” tutup Hertha.

Dengan lebih dari 698 ribu pengguna aktif dan 230 ribu merchant, Aceh kini menjadi salah satu daerah dengan pertumbuhan digitalisasi transaksi tercepat di Sumatera. BI Aceh optimistis, pada akhir 2025, angka transaksi digital di provinsi ini akan melampaui capaian tahun sebelumnya, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat sistem pembayaran digital.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *