Banjir Bandang Humbahas, KLHK Ungkap Area Daya Tangkap Air Kritis

Berita28 Dilihat

Warga melintas di dekat rumah yang hancur akibat bencana tanah longsor di Desa Simangulampe, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Senin (4/12/2023). (ANTARA FOTO/Fransisco Carollio)

Dailymailindonesia.com, Jakarta – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut banjir bandang di Desa Simangulampe, Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara berada di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan Toba yaitu Sub Subdas Nambunga dengan luas Daerah Tangkapan Air (DTA) 478,28 ha.

Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan DAS KLHK M. Saparis Soedarjanto mengatakan penyebab banjir yaitu curah hujan yang tinggi pada hulu DTA sebesar 41 mm/hari. Kemudian menghasilkan debit aliran 20,3 m³/detik.

Saparis berujar jumlah itu melebihi kapasitas pengaliran normal di angka 2,8 m³/detik.

“Jadi berdasarkan analisis yang kami lakukan, penyebab banjir adanya curah hujan yang tinggi, sementara kapasitas pengaliran sungai lebih kecil dari debit banjir,” kata Saparis dalam keterangan tertulis, Rabu (6/12).

“Pendangkalan pada alur sungai semakin menurunkan kapasitas pengaliran, sehingga luapan meningkat,” lanjutnya.

Dia pun mengungkapkan kondisi DTA di area banjir bandang. Berdasarkan analisis peta tutupan lahan yang dilakukan pihaknya, DTA banjir terdiri dari pertanian lahan kering 320,64 ha, dan semak/belukar 157,64 ha.

Kemudian, dari tingkat lahan kritisnya berada dalam kondisi kritis 151,34 ha; agak kritis 133,96 ha; dan potensial kritis 192,99 ha.

Saparis juga mengungkapkan luas DTA berdasarkan fungsi lahan. Dari total luas DTA yang ada, sebanyak 379,88 ha Areal Penggunaan Lain (APL).

Sementara area Hutan Lindung hanya 95,31 ha dan tubuh air 3,09 ha.

Faktor lain

Saparis menyatakan kondisi banjir bandang diperparah juga dengan aliran Sungai Sibuni-buni yang meluap dengan debit limpahan melebihi kapasitas pengaliran. Aliran air membawa material berupa gravel (bongkahan batuan).

Dia mengatakan batuan induk daerah tersebut berupa batu lempung yang tingkat konsolidasi materialnya rendah, sehingga mudah hancur dan bersifat lepas-lepas dan selanjutnya mengalami longsoran yang dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi.

Menurutnya, solusi yang perlu dilakukan ke depan di antaranya pembuatan bangunan konservasi tanah dan air.

Kemudian, pelebaran dan pengerukan alur sungai juga perlu dilakukan yang disertai dengan Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada Lahan kritis di bagian hulunya.

“Selain itu, sosialisasi pemahaman Konservasi Tanah dan RHL serta tanggap bencana pada masyarakat juga penting untuk dilakukan,” ucap dia.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Humbahas menyatakan sekitar 200 warga mengungsi akibat banjir bandang dan longsor yang menerjang kawasan Desa Simangulampe, Bakti Raja, Humbahas, Sumatera Utara.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Humbahas Ricardo menuturkan banjir yang terjadi pada Jumat (1/12) malam menyebabkan puluhan rumah warga dan fasilitas lainnya rusak berat.

Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor menilai pembalakan liar menjadi penyebab utama longsor di Desa Simangulampe, Kecamatan Bakti Raja.

Dosmar menjelaskan pembalakan liar ditemukan di Desa Sitolubahal, Kecamatan Lintong Nihuta. Namun, imbasnya sampai ke Desa Simangulampe.

“Ini pemicunya yang menyebabkan terjadi longsoran batu yang besar dari atas lokasi longsor,” kata Dosmar kepada CNNIndonesia.com, Selasa (5/11).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *