Banda Aceh — Bencana alam hidrometeorologi yang melanda Provinsi Aceh sejak beberapa pekan terakhir telah menimbulkan dampak sangat luas. Berdasarkan Laporan Pantauan Data Penanggulangan Bencana Alam Hidrometeorologi Posko Terpadu Pemerintah Aceh hingga 21 Desember 2025 pukul 21.00 WIB, tercatat lebih dari dua juta jiwa terdampak dengan ratusan korban meninggal dunia.
Data resmi Posko Tanggap Darurat Bencana Aceh mencatat, bencana berupa banjir, banjir bandang, dan longsor telah melanda 18 kabupaten/kota, 201 kecamatan, dan 3.527 gampong di seluruh Aceh. Skala bencana ini disebut sebagai salah satu yang terluas dalam satu dekade terakhir.
Korban Jiwa Capai Ribuan, Ratusan Meninggal Dunia
Jumlah korban terdampak mencapai 539.584 kepala keluarga (KK) atau 2.013.434 jiwa. Dari jumlah tersebut, terdapat korban luka dan meninggal dunia dalam jumlah signifikan.
Rinciannya:
Luka ringan: 4.939 orang
Luka berat: 474 orang
Meninggal dunia: 473 orang
Dilaporkan hilang: 31 orang
Angka ini masih berpotensi bertambah seiring proses pendataan lanjutan di wilayah-wilayah yang sebelumnya terisolasi akibat akses jalan terputus dan cuaca ekstrem.
Hampir 380 Ribu Jiwa Mengungsi di Ribuan Titik
Bencana ini memaksa ratusan ribu warga meninggalkan rumah mereka. Hingga laporan terakhir, tercatat 2.174 titik pengungsian tersebar di berbagai daerah dengan jumlah 94.988 KK atau 378.395 jiwa.
Sebagian besar pengungsi berada di tenda darurat, fasilitas umum, rumah ibadah, hingga bangunan sekolah. Namun, kondisi pengungsian di sejumlah lokasi masih menghadapi keterbatasan fasilitas dasar, seperti air bersih, sanitasi, layanan kesehatan, dan logistik.
Fasilitas Umum Rusak Parah
Dampak bencana juga melumpuhkan berbagai fasilitas umum dan layanan publik. Data Posko Terpadu Pemerintah Aceh mencatat kerusakan sebagai berikut:
Perkantoran: 260 unit
Tempat ibadah: 631 unit
Sekolah: 452 unit
Pondok pesantren: 502 unit
Rumah sakit dan puskesmas: 191 unit
Kerusakan fasilitas kesehatan dan pendidikan ini dikhawatirkan akan berdampak pada layanan dasar masyarakat dalam jangka menengah hingga panjang.
Ribuan Titik Jalan dan Ratusan Jembatan Rusak
Sektor infrastruktur menjadi salah satu yang paling terdampak. Tercatat 1.098 titik kerusakan jalan dan 492 titik jembatan rusak atau putus akibat terjangan banjir dan longsor.
Kerusakan ini menyebabkan banyak wilayah terisolasi, memperlambat distribusi bantuan, serta menghambat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.
Kerugian Harta Benda dan Pertanian Sangat Besar
Selain rumah warga, bencana juga menghantam sektor ekonomi rakyat, terutama pertanian dan peternakan.
Kerusakan yang tercatat meliputi:
Rumah warga: 119.219 unit
Ternak: 318.370 ekor
Sawah: 90.601 hektare
Kebun: 23.307 hektare
Tambak: 39.426 hektare
Kerusakan sektor pertanian ini diperkirakan akan berdampak pada ketahanan pangan dan pendapatan masyarakat dalam waktu yang cukup panjang.
Pergerakan Logistik: Stok Mulai Menipis
Dalam laporan yang sama, Posko Tanggap Darurat mencatat logistik masuk mencapai 1.424 ton, sementara logistik yang telah disalurkan mencapai 1.175 ton. Saat ini, sisa stok logistik di posko tercatat 62 ton.
Pemerintah Aceh terus berupaya mengoptimalkan distribusi bantuan ke wilayah terdampak, terutama daerah yang sulit dijangkau akibat rusaknya infrastruktur.
Data Terbuka dan Akses Publik
Sebagai bentuk transparansi dan koordinasi, Pemerintah Aceh membuka akses data kebencanaan melalui:
Portal Satu Data Aceh: bencana.acehprov.go.id
Drive data bersama: https://bit.ly/LAP_TDA2025
Sementara itu, Posko Tanggap Darurat Bencana Aceh beroperasi di Ruang Potda 1 Lantai 3, Kantor Gubernur Aceh, dan dapat dihubungi melalui email poskobencanaaceh@gmail.com.
Tantangan Besar Penanganan Bencana
Besarnya skala bencana, luasnya wilayah terdampak, serta rusaknya infrastruktur menjadi tantangan serius dalam upaya penanggulangan dan pemulihan. Pemerintah Aceh bersama pemerintah kabupaten/kota, TNI/Polri, relawan, dan berbagai pihak terkait terus melakukan upaya tanggap darurat, pendataan, serta percepatan distribusi bantuan.
Namun demikian, kebutuhan logistik, layanan kesehatan, hunian sementara, dan dukungan psikososial bagi para penyintas masih sangat mendesak.(**)






