Dari Langit Aceh yang Terluka, Gubernur Muzakir Manaf Menyaksikan Derita Rakyatnya: Air Mata, Doa, dan Tekad untuk Bangkit”

Pemerintah Aceh13 Dilihat

ACEH — Di dalam sebuah pesawat yang melintas rendah di atas wilayah Aceh, Gubernur Aceh Muzakir Manaf menyaksikan langsung betapa parahnya dampak banjir besar yang melanda tanah rencong. Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kini memimpin provinsi itu tampak larut dalam keheningan saat menatap keluar jendela pesawat, seakan menyerap setiap luka yang tersaji di bawah sana.

Dari udara, kerusakan itu tampak begitu memilukan. Sungai-sungai yang meluap berubah menjadi lautan cokelat yang menelan rumah warga. Lembah dan perkampungan yang biasanya penuh kehidupan kini berubah menjadi genangan luas. Atap-atap rumah nyaris tenggelam, jembatan putus, dan ribuan warga terlihat berjuang di titik-titik pengungsian.

Narasi yang beredar bersama rekaman perjalanan udara tersebut menggambarkan suasana batin sang gubernur:

“Dari jendela pesawat, mata menangkap luka di tanah rencong. Air meluap, rumah hanyut, dan wajah-wajah tabah menunggu harapan tiba. Semoga Aceh lekas pulih dan bangkit bersama doa seluruh Aneuk Nanggroe.”

Gubernur Muzakir Manaf, yang selama ini dikenal dekat dengan masyarakat lapisan bawah, tampak memandangi kondisi itu dengan raut serius dan sedih. Bagi banyak orang, ekspresi itu bukan hanya bentuk keprihatinan, tetapi juga simbol keterikatan seorang pemimpin dengan tanah kelahirannya — tanah yang pernah ia bela di masa konflik, dan kini ia jaga sebagai kepala daerah.

Beberapa pengungsi yang dikunjungi sebelumnya menyampaikan betapa beratnya situasi saat ini: air bersih terbatas, rumah hilang, banyak anak jatuh sakit, dan akses bantuan terkadang terhambat cuaca maupun infrastruktur. Laporan-laporan itu kini diperkuat oleh apa yang dilihat langsung dari udara.

Tulisan lain yang menyertai video turut menyentuh hati pembaca:

“Raut wajah sedih panglima melihat kondisi rakyatnya saat ini. Lekas membaik Aceh lon sayang.”

Ungkapan itu menggambarkan bagaimana masyarakat Aceh melihat sosok gubernurnya bukan hanya sebagai pejabat, tetapi sebagai “panglima” yang memiliki hubungan emosional dan sejarah panjang dengan rakyat Aceh.

Pemerintah Aceh disebut sedang memaksimalkan seluruh sumber daya untuk mempercepat pendistribusian bantuan, evakuasi, dan pemulihan. Pemantauan udara yang dilakukan hari itu menjadi bagian penting dari langkah cepat menentukan titik kritis dan kebutuhan prioritas, agar bantuan dapat lebih tepat sasaran.

Bagi sang gubernur, perjalanan itu bukan sekadar inspeksi. Itu adalah momen batin, sebuah pengingat bahwa amanah yang ia emban kini lebih berat dari sebelumnya. Ia bukan hanya menyaksikan banjir—ia menyaksikan penderitaan rakyatnya sendiri.

Banjir besar ini telah menjadi ujian berat bagi Aceh, namun juga menjadi momentum bagi pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat untuk memperkuat solidaritas. Doa-doa dipanjatkan, bantuan mengalir, dan harapan tetap hidup.

Semoga tanah rencong kembali pulih. Semoga rakyatnya kembali tersenyum setelah gelombang ujian ini berlalu. Dan semoga Aceh bangkit lebih kuat dari sebelumnya—bersama pemimpin yang melihat sendiri luka itu dari langit.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *