BANDA ACEH — Banjir besar dan tanah longsor yang melanda Aceh dalam beberapa hari terakhir mencapai titik terparah. Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), dalam konferensi pers di Banda Aceh pada Jumat (28/11), menyebut skala kerusakan yang terjadi sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah Aceh.
“Hasil survei kita tadi malam, tampaknya lebih separuh Aceh banjir, tanah longsor, dan banyak korban jiwa,” ujarnya.
Kampung Hilang di Bireuen, Korban Berjatuhan di Sejumlah Daerah
Kerusakan paling parah terjadi di Kabupaten Bireuen, di mana tiga hingga empat kampung dilaporkan hilang dan belum diketahui nasib penduduknya. Kondisi serupa dilaporkan di Sawang dan Panton Labu. Di Aceh Tenggara, tercatat tujuh warga hilang dan tujuh lainnya meninggal dunia.
“Saya sudah cek semalam. Banyak korban,” kata Mualem.
Status Darurat Provinsi Ditetapkan
Melihat dampak yang begitu luas, Pemerintah Aceh resmi menetapkan status darurat provinsi hingga 8 Desember 2025. Seluruh sumber daya kini difokuskan pada operasi tanggap darurat, evakuasi, dan distribusi bantuan.
“Sore ini atau malam nanti logistik bantuan akan tiba. Pertama sekali saya arahkan ke Aceh Utara karena di situ paling berat,” tegas Mualem. Ia mengimbau masyarakat tetap tenang dan bersabar.
Bantuan Internasional dan Pusat Mulai Mengalir
Malaysia menjadi negara pertama yang mengirimkan bantuan berupa obat-obatan senilai 1 juta ringgit, dijadwalkan tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda pada Sabtu. “Obat-obat ini sumbangan rakyat Malaysia. Besok akan tiba bantuan kepada kita,” kata Mualem.
Bantuan tersebut akan dipadukan dengan paket sembako dari BPMA untuk disalurkan ke wilayah terdampak.
Dari pemerintah pusat, tiga unit pesawat Hercules telah disiapkan untuk membawa bantuan langsung ke Aceh Utara sesuai arahan Gubernur.
“Tadi mereka mau bawa ke Banda Aceh. Saya bilang jangan, langsung ke Aceh Utara saja,” ungkap Mualem.
Selain Malaysia, tawaran bantuan juga datang dari Kanada, Amerika Serikat, dan Prancis.
Akses Terputus, Helikopter Jadi Jalur Vital
Distribusi bantuan menghadapi kendala besar akibat putusnya sejumlah jembatan di Aceh Timur dan Aceh Tamiang. Beberapa wilayah kini sepenuhnya terisolir.
“Kita kewalahan karena beberapa jembatan terputus. Ini kendala utama kita,” ujarnya.
Untuk mengatasi hambatan tersebut, Gubernur meminta tambahan helikopter dari BPMA. Menanggapi itu, Kepala BPMA Nasir Djalal memastikan koordinasi lintas perusahaan migas sedang dilakukan.
“Kami berkoordinasi dengan beberapa kontraktor migas agar dapat menyediakan helikopter untuk mendukung operasional Pak Gubernur menjangkau daerah terisolir,” kata Nasir.
BMKG: Cuaca Ekstrem Mulai Mereda
Di tengah suasana kedukaan, BMKG menyampaikan sedikit kabar positif. Cuaca ekstrem diprediksi mulai mereda dalam beberapa hari ke depan, sehingga proses evakuasi dan penyaluran bantuan diharapkan berjalan lebih lancar.(**)












