PIDIE JAYA – Usai meninjau sejumlah titik pengungsian di Kabupaten Pidie, Gubernur Aceh melanjutkan perjalanan darat menuju Kabupaten Pidie Jaya pada Kamis (27/11/2025) malam. Perjalanan dilanjutkan meski kondisi cuaca masih tidak bersahabat dan beberapa ruas jalan terendam, demi memastikan penanganan darurat bencana berjalan cepat dan tepat.
Setiba di Meureudu, ibu kota Pidie Jaya, Gubernur disambut langsung oleh Bupati Pidie Jaya, Sibral Malasyi, yang sejak beberapa hari terakhir terus memantau kondisi lapangan. Tanpa banyak jeda, rombongan langsung bergerak menuju Gampong Blang Awee, Kecamatan Meureudu—salah satu lokasi yang mengalami kerusakan paling parah akibat terjangan banjir bandang.
Kampung Porak-Poranda: Rumah Hancur, Masjid dan Sekolah Rusak Berat
Pemandangan memilukan terlihat sepanjang jalan menuju gampong tersebut. Material lumpur, batu, potongan kayu, hingga puing-puing bangunan berserakan. Aliran sungai yang melintasi kampung telah meluap besar dan menyapu apapun yang berada di tepinya.
Sesampainya di lokasi, Gubernur melihat langsung kondisi permukiman yang hampir rata dengan tanah. Rumah warga, sekolah dasar, hingga satu bangunan masjid mengalami kerusakan berat. Beberapa bangunan bahkan hanyut terbawa arus, meninggalkan pondasi kosong yang kini hanya menjadi saksi bisu dahsyatnya bencana.
Bupati Sibral melaporkan bahwa setidaknya 45 rumah warga mengalami kerusakan, sebagian hilang terbawa arus banjir. Selain itu, dua warga dinyatakan meninggal dunia, sementara seorang lainnya masih dalam pencarian. Sejumlah warga lainnya luka-luka dan sedang mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit terdekat.
“Hampir 90 persen kampung ini hancur, Pak. Warga kini mengungsi di Cot Rot Barat. Kebutuhan logistik dan layanan kesehatan sangat mendesak,” ujar Bupati Sibral kepada Gubernur.
Pengungsi Berdesakan, Logistik Mulai Menipis
Dari Gampong Blang Awee, rombongan bergerak menuju titik pengungsian di Masjid Meunasah Manyang. Di lokasi tersebut, ratusan warga terlihat beristirahat di lantai masjid dengan alas seadanya. Banyak dari mereka kehilangan rumah, pakaian, dan harta benda hanya dalam hitungan jam saat banjir bandang terjadi.
Raut lelah dan trauma tampak jelas, terutama pada anak-anak dan lansia. Para pengungsi mengeluhkan minimnya kebutuhan dasar seperti makanan siap saji, air minum bersih, selimut, dan obat-obatan.
Melihat kondisi itu, Gubernur membagikan langsung bantuan tanggap darurat berupa logistik pangan, perlengkapan kebersihan, obat-obatan, dan kebutuhan mendesak lainnya. Bantuan tersebut diserahkan kepada para pengungsi dan juga pihak desa untuk memastikan penyalurannya tepat sasaran.
Pemerintah Aceh Berkomitmen: “Bantuan Tidak Boleh Terputus”
Dalam kunjungan tersebut, Gubernur menegaskan bahwa Pemerintah Aceh akan terus turun tangan dan memastikan seluruh korban banjir mendapatkan perhatian penuh.
“Pemerintah Aceh tidak akan meninggalkan masyarakat dalam situasi sulit seperti ini. Kami akan terus hadir, kami akan bersama warga sampai keadaan pulih kembali. Bantuan tidak boleh terputus,” tegasnya.
Ia juga menginstruksikan seluruh dinas terkait untuk mempercepat penyaluran bantuan, memperbanyak titik layanan kesehatan bergerak, serta mempercepat pembukaan akses jalan yang tertutup lumpur dan material banjir.
Kunjungan ini diharapkan dapat mempercepat pemulihan kondisi di Pidie Jaya sekaligus memastikan bahwa semua warga terdampak mendapat perhatian tanpa terkecuali.(**)












