Benteng Anoi Itam, Jejak Sejarah Perang Dunia Kedua di Ujung Barat Nusantara

Sabang35 Dilihat

Sabang – Di ujung paling barat Indonesia, tepatnya di Gampong Anoi Itam, Pulau Weh, Sabang, berdiri sebuah peninggalan sejarah yang sarat makna: Benteng Anoi Itam. Benteng ini menjadi saksi bisu masa kelam Perang Dunia II sekaligus jejak keberadaan pasukan penjajah yang pernah menjejakkan kaki di tanah Aceh.

Benteng Anoi Itam dibangun di atas sebuah perbukitan yang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Dari tempat ini, pengunjung bisa menikmati panorama laut biru nan luas, namun di balik keindahannya tersimpan kisah pilu masa perang yang menegangkan.

Menurut catatan yang tertera pada prasasti di lokasi, Benteng Anoi Itam merupakan salah satu benteng yang digunakan oleh tentara pendudukan Jepang untuk menyimpan peluru dan senjata mereka selama masa Perang Dunia II. Selain sebagai tempat penyimpanan persenjataan, benteng ini juga difungsikan sebagai lokasi pertahanan untuk melawan serangan musuh.

Di bagian depan benteng, dulunya terdapat meriam besar sepanjang sekitar tiga meter yang diarahkan ke laut. Meriam itu menjadi senjata utama untuk menghalau kapal musuh yang berani mendekat ke wilayah Sabang. Dari struktur bangunannya yang kokoh dan terbuat dari beton tebal, terlihat betapa kuatnya benteng ini dirancang untuk keperluan militer.

Namun jauh sebelum digunakan oleh tentara Jepang, kawasan Sabang, termasuk Anoi Itam, telah dikenal sebagai lokasi strategis peninggalan Belanda. Saat masa penjajahan Belanda, Sabang dijadikan pelabuhan penting karena letaknya yang strategis di jalur pelayaran internasional. Benteng-benteng di Sabang, termasuk Anoi Itam, kemudian diambil alih dan dimodifikasi oleh Jepang ketika mereka menduduki Indonesia pada awal tahun 1942.

Sisa-sisa arsitektur Belanda masih tampak pada beberapa bagian benteng, terutama pada desain ruang dan jalur ventilasi yang khas dengan gaya kolonial Eropa. Jepang kemudian memperkuat struktur tersebut dengan teknologi dan bahan yang mereka miliki, menjadikannya benteng pertahanan yang tangguh.

Nama “Anoi Itam” sendiri berasal dari bahasa Aceh yang berarti “Pasir Hitam”, merujuk pada kawasan pantai di sekitar benteng yang memiliki pasir berwarna hitam pekat, hasil aktivitas vulkanik masa lampau di Pulau Weh. Pantai Anoi Itam kini menjadi salah satu destinasi wisata unik di Sabang karena warna pasirnya yang kontras dengan laut biru di depannya.

Selain nilai sejarahnya, Benteng Anoi Itam juga menjadi daya tarik wisata edukatif. Banyak wisatawan datang bukan hanya untuk menikmati pemandangan, tetapi juga untuk mempelajari sejarah peperangan dan kolonialisme di Aceh. Suasana tenang di sekitar benteng membuat pengunjung seolah diajak merenung tentang bagaimana perjuangan masa lalu terjadi di tempat ini.

Kini, pemerintah kota Sabang bersama masyarakat setempat terus berupaya menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah ini. Benteng Anoi Itam tidak hanya menjadi simbol masa lalu, tetapi juga pengingat pentingnya perdamaian dan kedaulatan bangsa.

Bagi siapa pun yang berkunjung ke Sabang, Benteng Anoi Itam adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Dari puncak benteng, mata akan dimanjakan oleh panorama laut yang luas, sementara hati akan tersentuh oleh jejak sejarah yang abadi di setiap dindingnya.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *