BPSDM Aceh Gelar FGD Kebutuhan SDM Sektor Hilirisasi Migas dan AtsiriBanda

Pemerintah Aceh15 Dilihat

Banda Aceh — Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Aceh menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Pemetaan Kebutuhan SDM Sektor Hilirisasi Migas dan Atsiri di Aceh”, sebagai langkah strategis dalam mendukung percepatan pembangunan ekonomi daerah berbasis hilirisasi sumber daya alam, 22 Oktober 2025.

Kegiatan yang berlangsung di Aula BPSDM Aceh ini menghadirkan beragam pemangku kepentingan, antara lain Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA), dan Atsiri Research Centre (ARC) Universitas Syiah Kuala. FGD ini menjadi wadah untuk menggali kebutuhan kompetensi dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengembangan industri hilir migas dan atsiri yang sedang menjadi fokus pembangunan Aceh.

Dalam sambutannya, Kepala BPSDM Aceh, Marthunis, ST, DEA, menegaskan bahwa penguatan kualitas sumber daya manusia merupakan fondasi utama keberhasilan kemandirian ekonomi dan hilirisasi yang merupakan salah satu misi dari Pemerintah Aceh dibawah kepemimpinan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf dan Wakil Gubernur, Fadhullah.

Target pertumbuhan ekonomi Aceh dalam RPJMA pada tahun 2029 adalah 6,6 persen. Target ini sulit tercapai jika hilirisasi ekonomi Aceh tidak terjadi.

“Hilirisasi merupakan adalah misi ketiga Pemerintah Aceh, yaitu kemandirian ekonomi melalui hilirisasi. Keberhasilan hilirisasi migas dan atsiri tidak hanya ditentukan oleh investasi infrastruktur atau teknologi, tetapi sangat bergantung pada kesiapan SDM yang kompeten, adaptif, dan tersertifikasi. BPSDM Aceh berkomitmen untuk berkontribusi dalam penyediaan kompetensi yang dibutuhkan agar hilirisasi dapat terjadi di Aceh ” ujarnya.

Diskusi ini mengidentifikasi sejumlah kebutuhan kompetensi utama dalam membangun industrialisasi hulu-hilir di sektor migas dan atsiri. Ibnu Hafiz, Kepala Divisi Penunjang Produksi pada Kedeputian Operasi BPMA mengatakan bahwa Aceh masih memerlukan penemuan-penemuan baru ladang migas. “

Kepakaran dalam ilmu kebumian seperti perminyakan, geologi dan geofisika serta geodesi masih diperlukan guna mencari sumber-sumber energi baru.

Selain itu, beberapa sertifikasi dan keterampilan teknis tertentu juga diperlukan bagi sumber daya manusia Aceh untuk dapat bekerja di sektor migas” info Hafiz.  Sementara itu , Dr Syaifullah Muhammad ST, M.Eng, Kepala Atsiri Research Centre Universitas Syiah Kuala (ARC USK) mengungkapkan bahwa nilam merupakan produk unggulan Aceh secara nasional maupun internasional. Aceh merupakan produsen minyak nilam paling besar di Indonesia.

Komponen Nilam ini diperlukan dalam industri parfum, kosmetik dan obat-obatan. “ ARC USK memiliki keunggulan terbaik di Indonesia dalam hal riset dasar di sektor hulu nilam, bahkan telah memproduksi banyak inovasi produk.

Namun hilirisasi nilam membutuhkan SDM Industri yang mumpuni di industri parfum, kosmetik dan perdagangan luar negeri agar industrialisasi nilam dapat terjadi di Aceh”, jelas Syaifullah.   Selain itu, dibahas pula strategi peningkatan kolaborasi antara pemerintah daerah, dunia usaha, dan perguruan tinggi dalam mencetak tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan industri berbasis nilai tambah.

Hasil dari FGD ini akan menjadi dasar penyusunan peta kebutuhan SDM sektor hilirisasi migas dan atsiri Aceh, yang akan digunakan oleh BPSDM Aceh sebagai acuan dalam menyusun program beasiswa, pelatihan teknis, vokasional, dan sertifikasi profesi di tahun-tahun mendatang.

FGD ini juga menjadi momentum penting bagi Aceh untuk memperkuat posisi strategisnya sebagai daerah penghasil bahan baku migas dan atsiri yang mampu mengembangkan industri hilir berdaya saing tinggi. Melalui penguatan SDM yang profesional dan relevan dengan kebutuhan pasar, diharapkan Aceh dapat mempercepat transformasi ekonominya menuju kemandirian dan keberlanjutan pembangunan daerah.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *