Aceh Bangkit: Geliat Investasi Asing dan Domestik di Era Kepemimpinan Muzakir Manaf – Fadhlullah

Opini236 Dilihat

Aceh – Di bawah kepemimpinan Gubernur Muzakir Manaf dan Wakil Gubernur Fadhlullah, Provinsi Aceh mencatat geliat positif di sektor investasi. Pemerintah daerah membuka ruang dialog dengan investor, memperkuat jaminan iklim usaha yang kondusif, dan hasilnya: sejumlah investor domestik dan asing menyatakan komitmennya menanamkan modal di berbagai sektor strategis.

Investor Asing: Ketertarikan Global terhadap Potensi Aceh

Sejumlah investor dari mancanegara telah menunjukkan ketertarikan terhadap berbagai peluang usaha di Aceh, antara lain:

Mubadala Energy (UEA): Pada Maret 2025, perusahaan migas ini bersama Duta Besar UEA untuk Indonesia, Abdulla Salem Al Dhaheri, berkunjung ke Aceh membahas kerja sama sektor minyak dan gas.

Konsorsium Arab Saudi: Dipimpin Prof. Dr. Abdul Karim Bin Abdul Aziz Asishri, konsorsium ini tertarik pada sektor pengolahan CPO, pabrik minyak goreng, pembangkit listrik, dan pertambangan mineral.

Investor Thailand: Dalam forum bisnis di Bangkok, Desember 2024, pengusaha Thailand menyatakan minat terhadap pertambangan (emas, perak, tembaga), migas, dan ekspor kopi Aceh.

PT Star Shine Petroleum (Tiongkok): Menghadiri Forum Komunikasi Investasi dan Infrastruktur Aceh-Tiongkok, Maret 2025, perusahaan ini tertarik untuk berinvestasi di sektor migas.

Investor Malaysia di Sektor Kesehatan: Dr. Fetrix berencana membangun pusat layanan kesehatan modern di Aceh, khususnya untuk jantung, ibu-anak, dan layanan estetika.

Investor Domestik: Fokus pada Hilirisasi dan Industri Pengolahan

Sektor hilirisasi sawit dan industri manufaktur menjadi magnet bagi investor dalam negeri:

Hilirisasi CPO

PT Flora Agung Group: Akan membangun pabrik minyak goreng senilai Rp1,5 triliun.

PT AKA Sinergi Group: Melalui PT AKA Aceh Darussalam, membangun pabrik pengolahan CPO di Lhokseumawe dan Calang senilai Rp500 miliar.

PT Pembangunan Aceh (PEMA): Mengkaji pembangunan pabrik berkapasitas 50–100 ribu ton per bulan, menyerap 5–10% dari total produksi CPO Aceh.

PT Mahkota Group Tbk: Bekerja sama dengan Pemkab Nagan Raya, memanfaatkan Pelabuhan Jetty PLTU untuk distribusi CPO dari 11 pabrik yang aktif di daerah tersebut.

Organisasi seperti GAPKI Aceh dan ISMI Aceh turut mendorong percepatan hilirisasi dengan memberi kemudahan dan membuka peluang investasi pro-ekonomi umat.

Industri Rokok

PT Perusahaan Rokok Surya Group: Menanamkan investasi USD 500 juta (Rp7,5 triliun) untuk pabrik rokok di Langsa Timur, dengan MoU ditandatangani akhir Desember 2024.

Investor Jakarta (Iendi): Meninjau lahan di Kecamatan Sawang, Aceh Utara, sebagai lokasi potensial pembangunan pabrik rokok.

Industri Karet

PT Potensi Bumi Sakti (PBS): Bersiap beroperasi di Meulaboh, Aceh Barat, dengan fokus pada pengolahan remah karet berbasis komoditas lokal.

Proyek Strategis: Metanol, Kilang Minyak, dan Logam

Aceh juga mulai menapaki industri berat dan pengolahan mineral dengan sejumlah proyek bernilai besar:

Pabrik Metanol Meulaboh: Investasi sebesar USD 560 juta (Rp7,9 triliun), hasil kerja sama PT Powerindo Cipta Energy dan China National Chemical Engineering Corporation. Pabrik ini akan mengubah 1,1 juta ton batu bara menjadi 600.000 ton metanol per tahun dan menyerap hingga 700 tenaga kerja.

Kilang Minyak dan Petrokimia: Dirancang oleh pengusaha Aceh, H. Teuku Badruddin Syah, menggunakan bahan baku dari Blok South Andaman serta impor minyak mentah dari Iran, India, dan Rusia.

Pabrik Lithium dan Tembaga: Didirikan oleh Oggec Sdn Bhd (Malaysia) bersama PT Aceh Dynamic Plus, proyek ini menandai masuknya Aceh dalam rantai industri mineral strategis global.

Aceh Menuju Pusat Investasi Strategis di Barat Indonesia

Pemerintah Aceh terus menunjukkan komitmennya dalam membangun kemitraan ekonomi dan membuka peluang investasi di sektor-sektor kunci. Dengan fokus pada hilirisasi, energi, dan industri pengolahan, Aceh berpotensi besar menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di barat Indonesia.

Jika seluruh proyek berjalan sesuai rencana, Aceh dapat menjadi lokomotif pembangunan Sumatra dalam dekade mendatang.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *