Dailymailindonesia.com, Sigli – Peringatan 19 tahun Gempa dan Tsunami memiliki arti penting bagi masyarakat Aceh dalam rangka mengenang kembali kejadian yang penuh duka dan air mata.
Gempa dan Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 silam merupakan sebuah bencana terbesar di Indonesia sepanjang tahun 2004.
Gempa bumi dan gelombang Tsunami yang menghantam beberapa daratan di pesisir Aceh telah memporak porandakan seluruh bangunan dan merenggut ratusan ribu jiwa warga Aceh.
Kejadian tersebut masih tergambar jelas dalam benak masyarakat Aceh, khususnya Kabupaten Pidie.
“Oleh karena itu, melalui momentum peringatan 19 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh malam ini, saya mengajak kita semua, untuk senantiasa selalu melakukan muhasabah, koreksi diri, dan meningkatkan ketaqwaan dan memperkuat keimanan kepada Allah SWT. Apapun yang telah terjadi merupakan kehendak dari Allah SWT”, ucap Pj Bupati Pidie, Ir. Wahyudi Adisiswanto, M.Si.
Melalui momentum ini pula, hendaknya kita manfaatkan untuk meningkatkan kualitas amal ibadah kita, menyempurnakan akhlak, dan menjabarkan nilai nilai Islam ke dalam seluruh aspek kehidupan.
Serta membangun tali ukhuwah islamiyah diantara kita, sehingga dapat memperkuat sendi sendi persatuan dan kesatuan dalam masyarakat Kabupaten Pidie yang kita cintai ini, imbuhnya.
“Mari bersama sama kita berzikir kepada pemilik alam semesta Allah SWT, serta memanjatkan do’a kepada seluruh keluarga, kerabat serta anak anak kita korban bencana Tsunami”, ajak Ir. Wahyudi Adisiswanto.
Penyampaian Pj Bupati tersebut usai penyerahan santunan kepada 350 anak yatim dan piatu, dengan dana bersumber dari Baitul Mal Pidie, secara simbolis bersama Kapolres, AKBP Imam Asfali, S,I.K., M.H., Sekda, Drs. Samsul Azhar, juga oleh Imam Besar Masjid Baitul A’La Lilmujahidin Beureunuen, Waled Abu Bakar.
Pada acara yang diawali pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Tgk, Muhammad Nouval, S.Pd tersebut, Pj Bupati juga mengatakan, bahwa dalam keadaan apapun, seperti halnya pada musibah tsunami, kita harus kembali ke prinsip dasar ketaqwaan, yaitu Silaturahim, kembali kepada agama dan senantiasa dibawah bimbingan para alim ulama.
Ke depan Kita akan menghadapi banyak persoalan yang merusak atau suatu upaya memutuskan tali silaturahmi antara kita semua.
“Dan mudah mudahan dengan berusaha kita bisa terhindar dari semua gangguan gangguan yang mengarah pada putusnya tali silaturahim”, ujarnya,
Diungkapkannya, Ada dua faktor yang menghancurkan silaturahim, yaitu Syahwat dan Subhat. Syahwat bisa merusak dengan cepat, akan tetapi bisa dipulihkan dengan cepat juga.
Namun, ungkapnya lagi, Subhat merusak secara lambat, tetapi lambat juga untuk memulihkan nya kembali.
Khususnya Subhat, subhat ini sampai muncul gangguan gangguan antara kita sebagai saudara. Keraguan keraguan itulah yang menyerang kita yang berpijak pada silaturahim.
“Dengan demikian untuk terhindar dari semua itu, kita harus kembali kepada silaturahim, kembali kepada agama dan senantiasa dibawah bimbingan para alim ulama”, demikian dituturkan Ir. Wahyudi Adisiswanto, pada Peringatan 19 tahun Gempa dan Tsunami Aceh.
Peringatan 19 tahun Gempa dan Tsunami Aceh (26 Desember 2004-26 Desember 2023) yang bertempat di Masjid Agung Al-Falah Sigli, Selasa (26/12/2923) malam, diakhiri dengan Tausiah, Zikir dan Doa bersama yang dipandu oleh Waled Abu Bakar.
Turut serta mengikuti acara ini, unsur Forkopimda, para Staf Ahli, Asisten, Kepala SKPK, MPU, Kepala Sekretariat Baitul Mal, MAA, MPD, Kabag, Camat, Staf Bagian Prokopim, Ibu ibu Majelis Ta’lim, dan masyarakat umum.