Aceh — Banjir bandang yang melanda berbagai wilayah di Aceh bukan sekadar peristiwa alam, melainkan ujian besar bagi kemanusiaan, kepemimpinan, dan kebersamaan. Air datang membawa lumpur, menghanyutkan rumah, memutus jalan, merusak ladang, dan meninggalkan duka mendalam di hati masyarakat. Namun di tengah gelap yang menyelimuti, Aceh tidak dibiarkan sendiri. Negara hadir. Rakyat bersatu. Doa menguatkan langkah.
Saya, Drs. M. Isa Alima, sebagai Pemerhati Sosial dan Kebijakan Publik Aceh, menyampaikan apresiasi dan penghormatan setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam membantu masyarakat korban bencana banjir bandang di Aceh, tanpa terkecuali.
Apresiasi tulus patut disampaikan kepada Muzakir Manaf (Mualem) yang telah bekerja keras dan menunjukkan ketegaran dalam memimpin penanganan bencana. Di tengah tekanan situasi darurat dan keterbatasan, langkah-langkah cepat, koordinasi lintas sektor, serta keberpihakan pada kebutuhan dasar masyarakat menjadi bukti hadirnya kepemimpinan yang bekerja, bukan sekadar berbicara. Kita mendoakan agar beliau senantiasa diberi kekuatan, kesehatan, dan keikhlasan dalam mengemban amanah besar memimpin Aceh.
Penghormatan dan terima kasih juga saya sampaikan kepada Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia yang berada di garis terdepan, mengevakuasi warga, menjaga keamanan, serta memastikan distribusi bantuan berjalan aman dan tertib. Di tengah deras arus dan malam yang panjang, keberanian dan disiplin mereka menjadi benteng keselamatan rakyat.
Apresiasi yang sama ditujukan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Aceh, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah di seluruh kabupaten/kota. Kerja koordinatif dari tahap tanggap darurat hingga pemulihan awal telah menjadi tulang punggung penanganan bencana di Aceh.
Terima kasih juga kepada seluruh SKPA, pemerintah kabupaten/kota, camat, keuchik, aparatur gampong, serta unsur kewilayahan yang bekerja tanpa lelah memastikan dapur umum menyala, data korban terverifikasi, dan bantuan tepat sasaran. Kepada tenaga kesehatan, dokter, perawat, bidan, dan tenaga pendukung, yang tetap siaga menjaga layanan kesehatan di tengah keterbatasan; kepada tenaga pendidik dan relawan pendidikan yang menguatkan anak-anak agar trauma tidak memadamkan semangat belajar; serta kepada pekerja sosial dan relawan psikososial yang memulihkan luka batin masyarakat, pengabdian kalian adalah cahaya di tengah duka.
Penghormatan setinggi-tingginya juga kepada para relawan kemanusiaan dari berbagai penjuru Nusantara, organisasi sosial, komunitas sipil, mahasiswa, pemuda-pemudi, hingga warga biasa, yang datang dengan satu niat suci: menolong sesama. Lumpur yang menempel di kaki dan lelah yang menyergap tubuh tak mampu memadamkan semangat kemanusiaan mereka.
Apresiasi saya sampaikan kepada Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia, bersama seluruh jajaran Kabinet Merah Putih, serta kepada jajaran TNI/POLRI dan BASARNAS, atas perhatian dan dukungan negara, baik melalui kebijakan, bantuan logistik, percepatan koordinasi, maupun dukungan anggaran, sehingga masyarakat Aceh merasakan bahwa negara benar-benar hadir di saat sulit.
Secara khusus, terima kasih dan penghargaan kepada Perusahaan Listrik Negara. Di saat malam terasa paling gelap, para petugas PLN bekerja siang dan malam, menembus medan berat dan risiko tinggi demi menghidupkan kembali jaringan listrik. Alhamdulillah, kini listrik telah normal kembali dan bersama cahaya itu, harapan rakyat Aceh kembali menyala.
Tak lupa, apresiasi setulus hati kepada para donatur dan dermawan, baik individu, lembaga, dunia usaha, maupun komunitas, yang menyalurkan bantuan melalui donasi yang digalang oleh para relawan. Setiap rupiah yang dititipkan adalah amanah, setiap bantuan adalah doa yang bergerak dan menjelma harapan.
Penghormatan mendalam juga saya sampaikan kepada aparatur ulama, teungku, imam, dan tokoh agama di Aceh yang hadir memberikan tausiyah dan wejangan. Di tengah kesedihan, mereka menguatkan batin masyarakat,






