Banda Aceh – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, Irwansyah, ST, mengirimkan seruan keras sekaligus harapan mendesak kepada pemerintah pusat dan Presiden Republik Indonesia terkait kelangkaan gas elpiji yang kini semakin menekan masyarakat di tengah kondisi Aceh yang masih dilanda bencana hidrometeorologi.
Dalam kunjungannya ke Pelabuhan Ulee Lheue bersama Bang Nahrawi, Irwansyah menyaksikan langsung proses bongkar muat skid tank (mobil tangki LPG) dari kapal pengangkut elpiji. Situasi di lapangan menunjukkan bahwa pasokan gas jauh dari cukup, bahkan untuk memenuhi kebutuhan harian warga Kota Banda Aceh dan sekitarnya.
“Mohon Pak Presiden, sayangi kami…”
Dalam pernyataan emosionalnya, Irwansyah meminta perhatian penuh dari Presiden agar Aceh tidak terus-menerus berada dalam tekanan akibat pasokan energi yang tidak stabil.
“Mohon Pak Presiden, sayangi kami. Tolong tambah kapalnya, tambah muatannya, tambah pasokannya. Normalisasi kelangkaan gas elpiji di Aceh harus dilakukan secara serius dan tidak bisa lagi dengan standar normal,” tegas Irwansyah.
Menurutnya, Aceh saat ini berada dalam situasi darurat akibat banjir bandang dan kerusakan infrastruktur yang luas. Karena itu, pola penanganannya tidak bisa disamakan dengan kondisi daerah yang sedang stabil.
Listrik Belum Stabil, LPG Langka, BBM Baru Pulih
Ia juga menyinggung kondisi pemulihan kelistrikan di Aceh yang belum sepenuhnya normal, tidak sesuai dengan janji sebelumnya. Di sisi lain, kelangkaan LPG—baik subsidi maupun non-subsidi—memukul keras masyarakat dan para pelaku usaha kecil.
“Jangan biarkan kami menderita terlalu lama. Listrik yang belum normal, stok LPG sangat terbatas. Untung BBM sudah normal, terima kasih untuk itu. Tapi ini belum cukup. Masyarakat sedang kesulitan,” ungkapnya.
Banyak Warung Tutup, Pelaku Usaha Menjerit
Irwansyah mengungkapkan bahwa banyak warung, kedai kopi, pedagang kecil, hingga usaha kuliner terpaksa tutup karena kehabisan gas. Kondisi ini berpotensi memicu kerugian ekonomi berkepanjangan, bahkan mengancam mata pencaharian banyak warga.
“Stok LPG non-subsidi untuk pelaku usaha kita mohon ditambah kuotanya. Banyak toko dan warung tutup karena tidak punya gas. Ini harus segera ditangani,” tegasnya.
Desak Pertamina Tambah Kapal: Dua Kapal Tak Lagi Cukup
Dalam kunjungannya ke Pelabuhan Ulee Lheue, Irwansyah menilai bahwa jumlah kapal pengangkut LPG yang masuk ke Aceh saat ini tidak mencukupi kebutuhan masyarakat, terutama setelah bencana besar yang melanda berbagai daerah.
“Kalau dua kapal belum cukup, tolong tambah. Ini soal kebutuhan dasar masyarakat. Aceh sedang musibah, perlakuannya harus ekstra, di atas standar normal,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Pertamina Aceh dan Pertamina pusat harus segera mencari strategi, bukan hanya mengandalkan mekanisme penyaluran reguler yang jelas tidak mampu mengatasi lonjakan kebutuhan saat ini.
Pesan untuk Pertamina: “Jangan Biasa-biasa Saja Saat Aceh Tidak Baik-Baik Saja”
Irwansyah meminta Pertamina mengambil langkah cepat, terukur, dan terkoordinasi. Menurutnya, krisis energi seperti ini sangat sensitif dan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
“Kami harap Pertamina Aceh dan Pertamina pusat serius mengendalikan kelangkaan LPG di Aceh. Strategi harus dibuat dan diterapkan. Jangan biasa-biasa saja saat Aceh sedang tidak baik-baik saja.”
Penanganan Bencana Butuh Atensi Ekstra dari Pemerintah Pusat
Ia menegaskan bahwa Aceh sedang menghadapi musibah besar dan karenanya membutuhkan intervensi khusus, termasuk dalam hal pasokan energi yang menjadi kebutuhan pokok warga.
Aceh sedang musibah. Perlakuannya harus ekstra. Kami memohon kepada Bapak Presiden untuk segera menambah kapal muat gas elpiji untuk Aceh.”
Seruan keras ini diharapkan segera mendapat respon dari pemerintah pusat agar kelangkaan LPG dapat teratasi dalam waktu cepat, sehingga masyarakat dapat kembali hidup normal dan pelaku usaha bisa beroperasi kembali, pungkasnya.(**)






