ACEH – Di tengah hiruk-pikuk pemberitaan tentang bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, ada sekelompok pekerja yang jarang tersorot kamera, tetapi menjadi salah satu penentu pulihnya kehidupan masyarakat: para petugas PLN di lapangan.
Dalam sebuah unggahan yang beredar, tampak sekelompok petugas PLN mengenakan seragam biru, lengkap dengan helm keselamatan, bahu-membahu mendorong sebuah perangkat listrik besar menaiki lereng terjal yang dipenuhi batuan dan tanah licin. Pemandangan itu tidak hanya menggambarkan kerja keras, tetapi juga risiko besar yang harus mereka hadapi setiap hari.
Mereka bukan hanya bekerja dalam kondisi normal—melainkan dalam situasi darurat, di tengah hutan, medan curam, jalur putus, tanah longsor, hujan deras, dan ancaman keselamatan di setiap langkah. Namun ironisnya, di balik semua itu, masih saja ada suara-suara yang mencibir, menganggap pekerjaan mereka lamban atau tidak serius hanya karena tidak tampak di depan kamera atau tidak sempat dipublikasikan.
Padahal kenyataannya, para petugas PLN bekerja siang dan malam tanpa henti. Mereka memikul peralatan berat, mendaki bukit yang licin, menembus hutan, bahkan terkadang harus berjalan belasan kilometer karena kendaraan tak bisa masuk. Semua itu dilakukan agar listrik kembali menyala—listrik yang menjadi kebutuhan vital rumah sakit, pengungsian, dapur umum, layanan komunikasi, hingga aktivitas warga yang sedang tertimpa musibah.
Bekerja dengan risiko tinggi sudah menjadi bagian dari keseharian mereka. Setiap alat yang mereka bawa bukan hanya berat, tapi juga sensitif dan membutuhkan kehati-hatian. Satu kesalahan kecil bisa berakibat fatal. Namun mereka tetap maju, tetap berjuang, tanpa banyak bicara, tanpa banyak menuntut publikasi.
Unggahan itu mengingatkan kita bahwa tidak semua pahlawan memakai seragam mewah. Tidak semua pahlawan berdiri di depan kamera. Banyak dari mereka bekerja dalam diam, di balik rimbun hutan, di jalanan terjal, atau di tengah malam sambil ditemani senter dan suara hujan.
Doa dan ucapan terima kasih pun mengalir untuk mereka yang ikut terlibat dalam pemulihan pasca bencana. “Semoga Allah membalas dengan sebaik-baiknya kebaikan,” tulis pengunggah, menyadarkan kita bahwa apa yang mereka lakukan jauh lebih besar daripada apa yang terlihat.
Di balik terang lampu yang kembali menyala, ada peluh, ada luka, ada usaha, ada keberanian, dan ada pengorbanan dari petugas-petugas yang bekerja tanpa pamrih. Sungguh, pekerjaan mereka bukan hanya soal teknis—melainkan tentang kemanusiaan.(**)






