Ucapan Bupati Disalahartikan, Panglima Pulo Aceh: Itu Bentuk Kepemimpinan, Bukan Hinaan

Aceh Besar11 Dilihat

Aceh Besar – Polemik terkait pernyataan Bupati Aceh Besar, H. Syech Muharram Idris, yang sempat menuai tanggapan beragam, mendapat pembelaan langsung dari Panglima Muda Pulo Aceh, Shadiqin, yang akrab disapa Ayah Krin.

Menurutnya, ucapan Bupati Muharram tidak patut dimaknai sebagai penghinaan terhadap masyarakat Pulo Aceh, melainkan sebagai bentuk ketegasan dan dorongan moral agar aparatur sipil negara (ASN) bekerja lebih disiplin, tangguh, dan bertanggung jawab.

“Saya paham betul maksud beliau. Itu bukan hinaan, tapi ketegasan seorang pemimpin. Jangan dibalik maknanya. Beliau ingin ASN yang malas diberi efek jera dan diarahkan ke tempat yang benar-benar membutuhkan tenaga mereka,” tegas Ayah Krin saat dimintai tanggapan oleh wartawan, Sabtu (18/10/2025).

Ia menambahkan, masyarakat Pulo Aceh selama ini justru melihat perhatian besar dari Bupati Muharram terhadap wilayah kepulauan tersebut. Bahkan, sang bupati beberapa kali turun langsung ke lapangan untuk memastikan pelayanan publik berjalan dengan baik dan memantau pembangunan infrastruktur.

“Beliau sudah datang beberapa kali untuk melihat langsung kondisi Pulo Aceh. Itu bukti nyata perhatian pemerintah. Jadi jangan karena satu potongan kalimat, niat baik beliau dipelintir seolah menghina masyarakat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ayah Krin menilai bahwa reaksi berlebihan dari sejumlah pihak justru bisa memperkeruh suasana dan merusak hubungan baik antara pemerintah daerah dengan masyarakat Pulo Aceh yang selama ini terjalin dengan harmonis.

“Kami sebagai masyarakat Pulo Aceh tidak tersinggung. Yang penting pemerintah terus memperhatikan kebutuhan kami. Jangan sampai narasi salah tafsir ini dijadikan alat politik untuk menyerang pribadi Bupati,” tegasnya.

Ia juga mendukung langkah Bupati yang meminta laporan terhadap tenaga kesehatan yang malas. Menurutnya, itu adalah bentuk tanggung jawab moral seorang pemimpin dalam memastikan pelayanan publik, khususnya di daerah terpencil, berjalan dengan maksimal.

“Kalau pemimpin diam saja terhadap ASN yang malas, itu baru salah. Dengan ketegasan seperti ini, kami di Pulo Aceh justru merasa diperhatikan. Kami ingin tenaga kesehatan yang bekerja dengan hati, bukan sekadar hadir,” pungkasnya.(**)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *