Banda Aceh – Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatan Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT) 2025 di Banda Aceh, tepatnya di Auditorium Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Syiah Kuala (USK), pada Kamis (28/8). LIKE IT 2025 mengambil tema besar “Generasi Muda Cerdas Keuangan, Menuju Indonesia Emas”.
LIKE IT merupakan program kolaboratif empat otoritas sektor keuangan ini, yakni Bank Indonesia, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sebagai salah satu upaya strategis dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, khususnya literasi keuangan syariah dan pentingnya investasi sejak dini di kalangan generasi muda.
Aceh dipilih sebagai lokus pertama kegiatan LIKE IT 2025 di daerah-daerah secara luring, dengan sub-tema “Paham Produk Keuangan Syariah: Investasi Sejak Muda”, sejalan dengan budaya masyarakat Aceh yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip syariah, serta implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang menjadikan Aceh sebagai daerah percontohan pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah (EKSyar) secara nasional.
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan nasional mencapai 65,43 persen. Sementara tingkat inklusi keuangan telah lebih tinggi, yakni 75,02 persen. Di Aceh sendiri, tantangan serupa juga kita hadapi. Tingkat inklusi keuangan di Aceh berada di kisaran 70 persen, namun literasi keuangan masih di bawah angka nasional.
“Kondisi ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang sudah menjadi pengguna layanan perbankan maupun produk keuangan, tetapi belum sepenuhnya memahami cara menggunakan layanan tersebut secara bijak, aman, dan produktif”, jelas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Agus Chusaini.
Sedangkan khusus untuk literasi keuangan syariah nasional, angkanya lebih rendah lagi, yakni mencapai 12,88 persen. Sementara tingkat inklusi keuangan syariah berada pada angka 39,11 persen. Angka ini menunjukkan peluang pengembangan dan peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah yang masih sangat luas.
Di sisi lain, komposisi penduduk muda nasional maupun Aceh yang mencapai sekitar 70 persen dibandingkan total populasi, memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak inklusi keuangan dan investasi syariah, jika dibekali literasi keuangan yang memadai.
“Kami optimis bahwa edukasi yang berkelanjutan dan menjangkau generasi muda di berbagai daerah di Indonesia akan mampu mendorong peningkatan basis investor dalam negeri, terutama generasi muda, serta berdampak kepada stabilitas sektor keuangan negara kita”, jelas Direktur Departemen Pendalaman Pasar Keuangan (DPPK) Bank Indonesia, Arief Rachman, membuka penyelenggaraan LIKE IT 2025 di Aceh. “Dengan literasi keuangan yang semakin baik, maka akan memberikan pemahamahan bagi generasi muda untuk menjadi investor yang 3C (Cerdas, Cermat, Cuan) dalam berinvestasi”, lanjutnya.
LIKE IT 2025 di Aceh turut dibuka oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kewirausahaan, Prof. Dr. Mustanir, M.Sc., dan Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Aceh, Dr. Paryan, Ak., MM.
Sesi utama LIKE IT 2025 menghadirkan 5 (lima) orang narasumber, antara lain Kepala Divisi Pengembangan Pasar Keuangan Syariah, Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia, Tri Puji Lestari, yang menjelaskan tentang pentingnya penguatan ekosistem ekonomi syariah, termasuk pemanfaatan instrumen pasar uang syariah sebagai sarana pembelajaran manajemen likuiditas.
Dilanjutkan oleh Kepala Divisi Riset, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Muhammad Rifqi, yang menjelaskan peran penjaminan simpanan sebagai pilar Stabilitas Sistem Keuangan (SSK).
Kemudian oleh Kepala Subdirektorat Program dan Manajemen Pengetahuan, Direktorat Pembiayaan Syariah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), Kementerian Keuangan, Iqbal Balative, yang menyampaikan peran masyarakat dalam mendukung pembangunan melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) syariah, seperti sukuk ritel dan sukuk wakaf.
Lalu oleh Asisten Direktur Grup Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Septi Purwanti, yang menegaskan komitmen OJK dalam Pelindungan Konsumen (PK), serta peningkatan literasi keuangan masyarakat.
Terakhir, adalah sesi materi dari tokoh influencer dan Islamic Financial Planner kenamaan, Dewi R. D. Amelia, M.Sc., CFP., IFP. (@deramelia), yang menjelaskan tentang pengelolaan keuangan dan investasi syariah.
Investasi syariah bukan hanya soal imbal hasil finansial, tetapi juga terkait keberkahan dan kepatuhan pada prinsip Islam, seperti menghindari riba, gharar, dan maisir. Produk investasi syariah yang kini tersedia semakin beragam, sehingga masyarakat memiliki pilihan sesuai kebutuhan dan profil risikonya. Lebih lanjut, investasi sejak dini dengan prinsip syariah diyakini dapat mempersiapkan masa depan finansial yang lebih berkah dan berkelanjutan.
Bank Indonesia bersama OJK, Kemenkeu, dan LPS akan terus memperkuat sinergi dalam edukasi literasi dan inklusi keuangan, termasuk melalui digitalisasi, pelatihan duta literasi keuangan, dan program pemberdayaan masyarakat di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Upaya ini diharapkan mampu membentuk generasi muda Aceh, dan Indonesia secara luas, menjadi masyarakat yang melek finansial, berintegritas, serta siap mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan.(**)






