Banda Aceh – Gubernur Aceh, H. Muzakir Manaf atau Mualem secara resmi membuka Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) tingkat Provinsi Aceh tahun 2025 yang dipusatkan di Banda Aceh, Selasa (20/8/2025) malam.
Kegiatan yang diikuti ratusan santri dari berbagai dayah dan pesantren di kabupaten/kota se Aceh ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus kompetisi untuk memperdalam tradisi keilmuan Islam melalui kajian kitab kuning.
Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Dr. Munawar A Jalil, MA menyampaikan, MQK merupakan upaya nyata menjaga khazanah keilmuan Islam di Aceh.
“Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) adalah sebuah gerakan intelektual yang memiliki makna mendalam bagi kehidupan keagamaan dan sosial masyarakat Aceh. MQK menegaskan kembali tradisi keilmuan Islam yang telah mengakar kuat dalam sejarah peradaban kita,” ucap Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Dr. Munawar.
Menurutnya, sejak dahulu, Aceh dikenal sebaşa Serambi Mekkah, pusat penddkan Isam, dan Iahİrnya para ulama besar yang berperan dalam mencerdaskan umat serta menjaga marwah bangsa.
“Tahun ini perlu kami sampaikan, ada tiga provinsi yang tidak mengirimkan kafilahnya pada MQK, yakni Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Kota Subulussalam dan Langsa,” ujarnya lagi.
Sementara Gubernur Aceh yang diwakili oleh Plt Asisten Pemerintahan, Keistimewaan Aceh, dan Kesejahteraan Rakyat, Drs Syakir menyampaikan, melalui MQK, para santri dilatih untuk membaca, memahami, dan menguraikan kandungan Kitab Kuning atau Kitab Turats, yang menjadi rujukan utama dalam berbagai bidang keilmuan Islam, sepeli fiqh, tafsir, hadits, ushul fiqh, akhlak, hingga tasawuf. Kemampuan membaca teks Arab gundul, mengurai makna, dan menjelaskan isi kitab, adalah keterampilan yang tidak hanya menuntut kecerdasan intelektual, tetapi juga ketekunan, kesabaran, dan keberkahan ilmu dari guru kepada murid.
“Musabaqah Qiraatil Kutub bukan hanya perlombaan, tetapi juga wadah untuk memperkuat literasi kitab kuning di kalangan santri. Ini adalah warisan ulama yang harus kita jaga dan terus hidupkan,” ucap Drs. Syakir saat menyampaikan sambutan Gubernur Aceh.
Gubernur juga menekankan pentingnya peran santri dan dayah dalam membangun Aceh, tidak hanya dari sisi ilmu, tetapi juga akhlak dan moral.
“Santri adalah garda depan dalam menjaga ajaran Islam di Aceh. Melalui MQK, kita berharap lahir generasi ulama muda yang berilmu, berakhlak, dan siap mengabdi kepada masyarakat,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa pemerintah Aceh berkomitmen mendukung penuh pendidikan dayah.
“Membangun Aceh tidak cukup dengan pembangunan fisik semata, tetapi juga dengan memperkuat iman dan ilmu. Dari dayah lahir ulama, pemimpin, dan pendakwah yang membawa cahaya Islam bagi masyarakat. Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, H. Muzakir Manaf dan Fadhlullah sangat menaruh harapan bagi santri dayah sebagai estafet penerang ummat kedepan,” ucap Drs. Syakir.
Sementara itu, MQK Aceh mengatakan kompetisi akan berlangsung selama tujuh hari, yakni mulai tanggal 19 hingga 2026 Agustus 2025 dengan berbagai cabang perlombaan, di antaranya fiqh, tauhid, tafsir, serta nahwu-sharaf.
Pemenang MQK tingkat provinsi nantinya akan menjadi duta Aceh pada ajang Musabaqah Qiraatil Kutub tingkat nasional.[]