Sabang – Kota Sabang yang terletak di ujung barat Indonesia bukan hanya memiliki keindahan alam yang memukau, tetapi juga menyimpan potensi besar dalam sektor pariwisata, kelautan, dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, diperlukan komitmen dan kerja sama nyata dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga pelaku usaha lokal.
Sabang dikenal dengan ikon wisata nasionalnya, yaitu Pulau Weh dan Titik Nol Kilometer Indonesia. Keindahan pantai seperti Iboih, Gapang, Gua Sarang, Pasir Putih, Waduk Keliling Paya Seunara, Sabang Fear, Sumur Tiga Ie Meulee dan Benteng Anoi Itam, serta kekayaan bawah laut yang menjadi surga para penyelam, telah menjadikan Sabang sebagai destinasi favorit wisatawan domestik maupun mancanegara. Namun, keindahan ini perlu dilestarikan secara berkelanjutan agar tetap menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat Sabang.
Menurut mantan Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kota Subulussalam, Nurul Akmal, SE., MM, Sabang memiliki potensi luar biasa yang harus dijaga dan dikelola dengan serius.
Ia menilai bahwa baik pemerintah daerah maupun masyarakat harus menunjukkan kepedulian tinggi terhadap pelestarian objek-objek wisata yang ada.
“Sabang adalah salah satu ikon wisata dan sumber keindahan alam Aceh yang sangat berharga. Jika potensi ini dikelola secara profesional dan berkelanjutan, Sabang tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga menjadi penggerak utama ekonomi masyarakat lokal,” ujarnya.
Sementara, Irwan sebagai penikmat wisata lokal aceh menyampaikan bahwa potensi kelautan Sabang juga sangat besar.
Posisi geografis Sabang yang strategis di Selat Malaka menjadikan perairannya kaya akan sumber daya ikan dan biota laut lainnya. Namun, sektor ini juga menghadapi tantangan, terutama dalam hal pengelolaan hasil laut, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan nelayan.
Roni Rohendi, pengurus DPP-PPA sekaligus mantan Humas PT Arun LNG, menekankan pentingnya membangun koneksi yang kuat antara nelayan, pemerintah, dan masyarakat. Ia menilai bahwa keberhasilan sektor kelautan sangat tergantung pada sinergi dan kolaborasi yang erat.
“Nelayan adalah ujung tombak sektor kelautan Sabang. Tapi mereka tidak bisa bergerak sendiri. Diperlukan dukungan kebijakan dari pemerintah, pendampingan teknologi, hingga penguatan kelembagaan agar nelayan kita bisa makmur dan sejahtera,” kata Roni.
Selain pariwisata dan kelautan, sektor UMKM juga menjadi pilar penting dalam mendukung ekonomi lokal. Produk-produk kerajinan, kuliner khas Sabang, hingga layanan akomodasi dan transportasi lokal, semuanya menjadi bagian dari rantai nilai industri pariwisata.
UMKM di Sabang membutuhkan dukungan berupa pelatihan, modal usaha, akses pasar, serta promosi digital agar dapat berkembang dan bersaing. Pemerintah daerah diharapkan memberikan perhatian khusus terhadap penguatan UMKM, karena sektor ini terbukti mampu menyerap tenaga kerja dan memperkuat ekonomi keluarga.
Para pengamat menilai bahwa keberhasilan Sabang dalam mengembangkan tiga sektor utama ini (wisata, kelautan, dan UMKM) harus didukung oleh infrastruktur yang memadai, regulasi yang berpihak pada rakyat, serta komitmen jangka panjang dalam menjaga lingkungan.
Pelestarian objek wisata harus berjalan seiring dengan pelibatan masyarakat dalam kegiatan ekonomi produktif yang ramah lingkungan.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya, Sabang diyakini dapat menjadi kota yang tidak hanya indah secara fisik, tetapi juga sejahtera secara ekonomi.
Upaya pelestarian alam dan budaya lokal harus menjadi landasan utama dalam strategi pembangunan kota ini.
“Sabang bukan sekadar tempat indah untuk dikunjungi, tetapi rumah yang harus dijaga bersama agar tetap lestari dan memberi manfaat nyata bagi generasi masa depan,” tutup Nurul Akmal.(**)