Dok Humas Pertamina EP Rantau
Aceh Tamiang, Dailymail Indonesia
Efek berganda kehadiran industri hulu migas di suatu daerah, telah banyak ditulis dalam angka dan rupiah oleh peneliti atau tokoh senior. Bagaimana jika aspek sosial yang ditulis menggunakan kacamata rumpun ilmu sosial dan humaniora serta dari sudut pandang generasi muda? Harapannya tulisan ini akan jadi lebih menarik dan segar. Maret 2025
SKK Migas Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) menggagas program karya tulis mahasiswa bersama KKKS dan Assosiasi Antropologi Indonesia (AAI) Pengda Riau yang launching pada Januari 2025 lalu. Sejak awal Maret 2025 para mahasiswa antropologi dari berbagai kampus di Indonesia diterjunkan ke lapangan untuk melihat dan merasakan langsung fakta di lapangan. Satu bulan para mahasiswa terjun di lapangan, SKK Migas Sumbagut pun melakukan monitoring ke masing-masing lapangan pada pertengahan Maret 2025 ini.
Beberapa wilayah kerja Pertamina Hulu Rokan Zona 1 yang menjadi obyek penulisan ini di antaranya adalah PHE NSO, Pertamina EP Rantau, Pertamina EP Pangkalan susu, dan Pertamina EP Lirik.
Lokasi Monitoring pertama yang dikunjungi adalah Kelompok Wanita Nelayan Berkarya di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat yang merupakan kelompok UMKM Binaan Pertamina EP Pangkalan Susu. Program pembinaan yang menyasar ibu-ibu pesisir ini telah berjalan sejak tahun 2019. Sesuai dengan potensi daerahnya, mereka mengolah kekayaan laut menjadi berbagai produk layak jual. Misalnya snack dari ekor bare (hewan laut sejenis kerang/ lorjuk), kepiting, udang dan ikan kekek.
Staf analisis Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Wilayah Sumbagut Valerina mengatakan hasil monitoring karya tulis cukup menarik. “Yang diteliti mengenai modal sosial di dalam kelompok UMKM ini sudah cukup bagus. Perlu dipertajam lagi datanya tentang sebelum ada program dan setelah adanya program ini, sehingga bisa mengetahui dampaknya secara nyata,” ungkapnya.
Di Pertamina EP Rantau, SKK Migas Sumbagut juga terkesan dengan eratnya hubungan kelompok dengan program yang menjadi salah satu modal sosial. Rumah Kreatif Tamiang menjadi wadah berdikarinya para penyandang difabel. Ada inklusi coffee yang dikelola kawan-kawan tuna rungu dan wicara dan bengkel difabel yang dikelola oleh kawan-kawan tuna daksa. Tema berbeda diambil untuk Pertamina EP Lirik. Bukan lagi mengenai program CSR, namun fenomena dalam menjaga aset negara, yakni adanya pendudukan lahan oleh warga.
Sr. Officer CID Zona 1, Winda Damelia, menanti hasil karya tulis tersebut sebagai refrensi dalam strategi pengembangan program maupun penanganan masyarakat. “Kami menyambut baik program karya tulis ini. Selain sebagai refrensi, karya tulis ini diharapkan juga memberikan gambaran dampak positif program pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja PHR Zona 1,”pungkasnya.
Narahubung :
Renita Yulia Kuswindriati
Officer Media Relation
PT Pertamina Hulu Rokan Regional 1 Sumatera Zona 1
+62 821-2039-1987
Renita.kuswindriati@pertamina.com