Banda Aceh – Kepala Dinas Syariat Islam (DSI) Kota Banda Aceh, Ridwan, S.Ag., M.Ag., menyoroti lemahnya akidah sebagai faktor utama di balik maraknya praktik pelanggaran syariat Islam, termasuk fenomena prostitusi online atau yang dikenal dengan istilah Open BO.
Pernyataan tersebut disampaikan Ridwan dalam wawancara bersama awak media di Banda Aceh pada Rabu (22/1/2025). Ia menjelaskan bahwa meskipun faktor ekonomi turut mempengaruhi, akar persoalan justru terletak pada aspek keimanan.
“Faktor ekonomi memang bisa mendorong seseorang ke arah tersebut, tetapi yang paling mendasar adalah akidah. Jika iman telah meresap dalam hati, maka seseorang akan memiliki filter kuat untuk menjauhi perbuatan yang diharamkan,” ujar Ridwan.
Dalam menghadapi gempuran teknologi informasi dan derasnya arus globalisasi, Ridwan menekankan pentingnya memperkuat pemahaman agama, terutama di kalangan generasi muda. Ia mengajak para dai dan pendakwah untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah yang lebih efektif dan menjangkau luas.
“Dakwah konvensional di masjid, sekolah, dan musala tetap penting, tapi kita juga harus bergerak ke ranah digital. Media sosial bisa menjadi alat yang ampuh untuk menyampaikan pesan keagamaan, khususnya bagi generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi,” jelasnya.
Ridwan turut mengajak semua elemen masyarakat, termasuk Dinas Pendidikan dan para tokoh agama, untuk bersinergi dalam menyelamatkan generasi muda dari pelanggaran syariat. Ia menyebut bahwa pelanggaran terhadap aturan agama merupakan indikator menurunnya moral dan sosial masyarakat.
“Melanggar syariat Allah berarti keluar dari manhaj kehidupan yang benar. Jika ini dibiarkan, akan muncul berbagai persoalan lanjutan—baik ekonomi, sosial, maupun kesehatan. Misalnya, ketidaksabaran dalam menghadapi kemiskinan bisa mendorong seseorang melakukan zina, yang pada akhirnya menimbulkan kehinaan dan kerusakan sosial,” paparnya.
Ia menutup pernyataannya dengan menyerukan kolaborasi lintas sektor dalam membangun kesadaran kolektif demi terciptanya masyarakat yang berakhlak dan berkehidupan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
“Ini adalah tugas besar yang tak mungkin diselesaikan oleh satu instansi saja. Kita harus bergerak bersama, membangun kesadaran umat untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, di dunia dan akhirat,” pungkas Ridwan.(**)