Cucu Sultan Aceh Ziarah Napak Tilas Hubungan Wali Songo dan Aceh

Pariwisata121 Dilihat

Dailymailindonesia.com, Aceh – Cucu Sultan Aceh yang juga Pemimpin Darud Donya Aceh Cut Putri mengadakan kunjungan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam rangka berziarah ke makam Wali Sanga, serta kegiatan napak tilas hubungan antara Aceh dan para Wali Sanga, atau yang dikenal dengan Sembilan Wali.

Wali Sanga adalah para tokoh penyebar Islam di tanah Jawa yang terdiri dari Sembilan orang, yaitu: Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan Giri (Raden Paku), Sunan Bonang (Raden Makhdum Ibrahim), Sunan Drajat (Raden Qasim), Sunan Kalijaga (Raden Said), Sunan Kudus (Ja’far Shadiq), Sunan Muria (Raden Umar Said), dan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah atau Fatahillah).

Merujuk sumber-sumber sejarah, sebagian besar Wali Sanga berasal dari Aceh, yaitu dari Kerajaan Samudera Pasai juga Kerajaan Jeumpa (Champa) Bireueun.

Sembilan Wali atau Wali Sanga menyebarkan Islam di pulau Jawa pada abad ke-14, ke-15 dan ke-16 Masehi.

Mereka tidak hidup pada masa yang persis bersamaan, namun para Wali Sanga tersebut memiliki keterkaitan erat satu sama lain, baik dalam hubungan darah, maupun dalam hubungan guru dan murid.

Maulana Malik Ibrahim adalah yang paling awal datang dari Aceh ke tanah Jawa dan kemudian dikenal sebagai Sunan Gresik. Kemudian Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Bonang dan Sunan Drajat adalah anak dari Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria adalah anak Sunan Kalijaga.

Sunan Kudus adalah cucu Sunan Ampel dan murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para sunan lainnya, kecuali Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) yang telah lebih dulu meninggal.

Dimulai pada masa Kerajaan Samudra Pasai, Sultan Zainal Abidin Bahian Syah (797 H/1395 M), telah mengirim Maulana Malik Ibrahim bersama beberapa ulama lainnya dari Aceh untuk menyebarkan Islam ke pulau Jawa.

Maulana Malik Ibrahim dari Samudera Pasai Aceh kemudian menjadi Sunan pertama dari 9 Wali Sanga di tanah Jawa, yang bergelar Sunan Gresik. Maulana Malik Ibrahim dimakamkan di Gresik tahun 1419 M.

Wali kedua yang datang pada pertengahan abad ke-15 bernama Sunan Ampel atau Raden Rahmat, yang makamnya terdapat di Kampung Arab di Surabaya, berasal dari Samudera Pasai Aceh. Beliau wafat tahun 1481 M. Kedua putranya, yaitu Sunan Drajat dan Sunan Bonang yang kemudian bermukim di Tuban dan juga menjadi wali, pun berasal dari Samudera Pasai Aceh. Sunan Bonang atau Sunan Makhdum yang kelak menjadi guru dari Syeikh Hamzah Al Fansuri.

Di Pasai juga ada ulama besar bernama Maulana Ishaq yang datang ke tanah Jawa. Beliau akhirnya menikah dengan Putri Raja Blambangan, lahirlah seorang anak bergelar Sunan Giri. Sunan Giri dan Sunan Bonang ketika dewasa kemudian mengaji ke Samudra Pasai Aceh dan melanjutkan Ibadah Haji Ke Mekkah.

Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Sarah binti Maulana Ishaq dari Samudera Pasai Aceh.

Terakhir dari Wali Songo adalah Sunan Gunung Jati, atau dikenal sebagai Fatahillah atau Falatehan. Fatahillah yang juga dikenal sebagai Tubagus Pasee lahir di Samudera Pasai Aceh sekitar tahun 1490 M. Tubagus Pase atau Pangeran Jayakarta adalah Laksamana Cirebon dan tokoh penyebar Islam yang dikenal karena memimpin penaklukan Sunda Kelapa pada tahun 1527 M dan mengganti namanya menjadi Jayakarta. Setelah menjadi wakil kerajaan Demak di Banten, Sunan Gunung Jati pindah ke Cirebon pada tahun 1552 M, beliau wafat tahun 1570 M.

“Fatahillah dari Aceh ini lah yang mendirikan Kota Jayakarta, yang kemudian dikenal sebagai Kota Jakarta sekarang ini”, terang Cut Putri.

Dalam perjalanan ziarah ke makam Wali Songo, Cut Putri juga menemukan beberapa nisan-nisan kuno Aceh berciri khas Samudera Pasai di kawasan kompleks makam para Wali Sanga.

Cut Putri juga berziarah ke Masjid Tua Demak, tempat dimakamkan Raden Fatah. Raden Fatah merupakan anak dari Prabu Brawijaya V dengan seorang Putri Raja Champa/Jeumpa Aceh, atau kawasan Bireuen saat ini. Raden Fatah kemudian menjadi Raja Demak pertama.

Dalam kesempatan ini Cut Putri berterima kasih kepada keluarga besar Prabu Brawijaya V, yang telah menyambut dan mendampingi selama kunjungan Kesultanan Aceh Darussalam di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Kami juga berterima kasih setinggi-tingginya kepada keluarga besar keturunan Wali Sanga yang telah memfasilitasi kegiatan ziarah, dengan diskusi sejarah dan manuskrip yang sangat menarik tentang hubungan Aceh Darussalam dan sejarah Wali Sanga, yang erat kaitannya dengan perjalanan dakwah para keturunan Rasulullah SAW, yang masuk ke nusantara melalui pintu barat nusantara yaitu Serambi Mekkah Aceh Darussalam”, tutur Cut Putri.

“Para Sayyid dan Syarief keturunan Rasulullah SAW dari Aceh itu lah yang kemudian menjadi diantara para Wali Sanga di tanah Jawa, yang menyebarkan Islam secara damai”, lanjut Cut Putri yang juga merupakan cucu keturunan Rasullullah SAW dari jalur Imam Musa Al Kadzimi Al Hussaini.

“Luar biasa peran Aceh dalam sejarah pengembangan dakwah Islam di seluruh nusantara. Eratnya hubungan antara Aceh dan sejarah Wali Sanga penyebar Islam di tanah Jawa ini semakin menunjukkan indahnya Islam, bahwa nusantara ini merupakan suatu kesatuan yang satu dan tak terpisahkan. Perbedaan adat dan budaya tak kan bisa memisahkan kita, yang tetap bersatu atas nama kalimah Laa ilaa ha Illa Allah”, tutup Cucu Sultan Aceh bangga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *