Di Tengah Kelangkaan BBM–LPG–Sembako, Isa Alima Tanya: Di Mana Negara Saat Aceh Menjerit?

News155 Dilihat

Aceh, 6 Desember 2025
Di tengah hiruk-pikuk bantuan mandiri yang dilakukan masyarakat Aceh, pemerhati publik Drs. Isa Alima menyampaikan apresiasi mendalam kepada rakyat yang bergerak tanpa menunggu aba-aba. Menurutnya, kekuatan Aceh selama ini bukan semata pada bangunan dan anggaran, melainkan pada hati rakyatnya yang tak pernah membiarkan saudaranya tenggelam dalam kesulitan.

“Ketika bencana datang, rakyatlah yang pertama hadir, rakyatlah yang pertama menolong. Ini bukti bahwa Aceh masih memiliki jiwa yang tak pernah padam,” ujar Isa Alima dalam keterangannya, penuh nada haru namun tegas.

Namun di balik apresiasi itu, ia melempar pertanyaan yang menohok: apakah negara benar-benar hadir untuk rakyat?

Isa Alima menyoroti kenyataan pahit yang masih menghantui masyarakat korban bencana: BBM sulit didapat, LPG langka, dan harga sembako merangkak naik dari hari ke hari. Situasi ini membuat rakyat yang sudah kehilangan tempat tinggal, kini harus menghadapi beban baru di meja dapur.

“Bagaimana mungkin rakyat diminta bertahan, sementara BBM tak jelas suplai­nya, LPG melonjak harganya, dan sembako menjadi barang mewah? Dalam kondisi darurat seperti ini, negara seharusnya menjadi garda terdepan, bukan sekadar penonton dari jauh,” tegasnya.

Ia meminta pemerintah pusat dan daerah untuk bergerak cepat, terukur, dan tanpa birokrasi berbelit. Distribusi BBM harus masuk hingga pedalaman, LPG mesti dipastikan stabil, dan sembako tidak dibiarkan dikendalikan oleh pasar yang tak peduli pada derita rakyat. Pengawasan harga harus nyata di lapangan, bukan sekadar rapat di meja panjang.

Isa Alima menambahkan bahwa Aceh kini tidak membutuhkan janji, tetapi kehadiran nyata.

“Kita tidak ingin rakyat yang sudah saling bantu justru dibiarkan berjuang sendirian. Jika negara hadir, hadir sepenuhnya. Jika negara peduli, buktikan hari ini, bukan nanti.”

Di tengah reruntuhan rumah dan kesunyian malam-malam tanpa listrik, suara Isa Alima menggema seperti cakrawala yang menantang badai:

“Rakyat Aceh sudah bangkit saling menguatkan. Kini giliran negara berdiri bersama mereka.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *