Tersentuh Kisah Nelayan Miskin di Peukan Bada, Anggota DPRA Minta Pemerintah Bergerak Cepat Bantu Keluarga Amri

Parlementaria7 Dilihat

Aceh Besar — Kondisi memprihatinkan yang dialami Amri, seorang nelayan di Ujong Pancu, Peukan Bada, mengetuk hati Anggota DPRA, Munawar AR—yang akrab disapa Ngohwan. Legislator muda itu mengaku terkejut sekaligus terenyuh setelah mengetahui kehidupan Amri dan keluarga kecilnya yang tinggal di rumah reyot dan mengalami kesulitan menyekolahkan anak-anak mereka.

Keluarga Amri hidup di sebuah bangunan sederhana yang jauh dari kata layak. Dinding rumah terbuat dari papan lapuk, sebagian bolong dan hanya disangga anyaman rotan tua. Atap seng juga rusak di beberapa titik sehingga hujan kerap menggenangi ruangan. Di tempat itulah Amri tinggal bersama istri dan empat anaknya.

Tak hanya soal tempat tinggal, beban ekonomi juga memaksa dua anaknya berhenti sekolah. Padahal Amri mencari nafkah setiap hari sebagai nelayan, namun hasil tangkapan tak cukup untuk membiayai kebutuhan pendidikan.

“Hari ini Presiden sudah meluncurkan program Sekolah Rakyat, tetapi masih ada anak yang putus sekolah,” ujar Ngohwan dengan nada kecewa saat dihubungi Serambinews.com, Kamis (13/11/2025).

Ngohwan mengaku baru mengetahui kondisi memilukan itu setelah membaca laporan bertajuk “Kisah Pilu Nelayan di Peukan Bada: Hidup di Gubuk Reot, Anak-anak Putus Sekolah” yang tayang pada hari yang sama. Ia menyayangkan bahwa kasus seperti ini masih terjadi di Aceh, padahal pemerintah pusat telah mencetuskan program pendidikan gratis bagi keluarga miskin.

Menurutnya, informasi ini seharusnya segera sampai ke pemerintah daerah agar langkah konkret dapat dilakukan tanpa menunggu lebih lama.

“Kita anggap saja selama ini persoalan ini belum diketahui pemerintah. Tapi setelah ada pemberitaan, saya sangat berharap anak-anak Pak Amri bisa segera masuk Sekolah Rakyat dan keluarga ini mendapat tempat tinggal yang lebih layak,” ungkapnya.

Politikus PKB tersebut menegaskan bahwa Sekolah Rakyat memang dirancang untuk menjamin pendidikan gratis bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Sebagai program prioritas Presiden Prabowo Subianto, Sekolah Rakyat diharapkan menjadi solusi untuk menekan angka putus sekolah dan membuka akses pendidikan yang lebih merata.

Sementara itu, kisah keluarga Amri menggambarkan betapa tekanan ekonomi dapat merampas masa depan generasi muda. Anak pertama Amri telah berhenti sekolah dan terpaksa bekerja bersama orang lain. Anak kedua, Sriwahyuni (16), tak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang SMA karena terkendala biaya SPP dan perlengkapan belajar.

Kisah ini membuka mata banyak pihak bahwa masih ada keluarga di Aceh yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan, dan bantuan pemerintah sangat dibutuhkan agar anak-anak mereka tidak kehilangan kesempatan untuk menggapai masa depan.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *